Berdasarkan penelitian sebelumnya, kondisi dingin dan gersang merupakan akibat dari nihilnya atmosfer di sekeliling Mars. Badai panas dari Matahari diduga bertanggung jawab atas hilangnya lapisan atmosfer Mars.
Pada pertemuan ilmuwan bertajuk Planetary
Science Vision 2050 pekan lalu, Jim Green dari NASA menyebut magnestofer buatan
bisa menjadi solusi di Mars. Menurut Green, tameng magnet yang diletakkan di
antara Matahari dan Mars secara hipotesis bisa menlindungi Mars.
"Situasi ini
mengeliminasi proses erosi angin Mathari yang terjadi di ionosfer dan atmosfer
yang lebih tinggi di Mars sehingga atmosfer Mars bisa berkembang seiring
tekanan dan temperatur," tulis NASA dalam penelitiannya.
Metode ini serupa
dengan metode yang sedang mereka kaji yaitu melindungi astronaut dan pesawat
antariksa dari radiasi kosmik dengan medan magnet.
“Kami harus bisa mengubah arah medan magnet itu
agar bisa membelokkan arah angin Matahari," ujar Green seperti dikutip
dari Science Alert, Senin (6/3).
Dalam simulasi NASA,
jika pembelokkan angin Matahari tadi berhasil maka atmosfer alami Mars sedikit
demi sedikit akan terkumpul kembali. Dengan demikian, setidaknya tekanan
atmosfer Mars bisa terkumpul 50 persen dari jumlah tekanan atmosfer di Bumi
dalam satu tahun.
Ketika atmosfer Mars
semakin tebal, jumlah karbon di dalam planet akan bertambah. Karbon inilah yang
menjadi harapan para ilmuwan agar temperatur Mars bisa sesuai kebutuhan
manusia.
Temperatur hangat tadi
juga diharapkan mampu melelehkan kumpulan es sehingga pasokan air di Mars
kembali mengalir. Sejumlah penelitian sebelumnya menunjukkan ada bukti pernah
ada aliran air di permukaan Mars.
Dengan kata lain, para
ilmuwan sedang berupaya menciptakan efek rumah kaca di Mars, Sesuatu yang
berusaha dicegah oleh banyak ilmuwan di Bumi.
"Kalau ini bisa
tercapai, kolonisasi Mars tidak akan lama lagi," ucap Green.
Meski masih di level
hipotesis, para peneliti cukup yakin dengan kemungkinan keberhasilan dari
metode ini.
Disadur dari : CNN
Indonesia